Berbicara Perempuan
Ternyata memang benar tidak ada yang lebih menenangkan dari saat kita tahu bahwa kita dicintai begitu baik dalam kejujuran dan kesetiaan, bahwa sekarang aku percaya seseorang yang benar-benar terjaga, memang hanya untuk sesorang yang benar-benar menjaga. Telah banyak aku menemukan kehilangan, bukan karena aku tidak menjaga kejujuran tetapi waktu benar-benar membuktikan bahwa sekecil apapun ketidakjujuran, pada akhirnya ia akan terbuka juga. Sejak aku memahami yang terjaga hanya untuk yang benar-benar menjaga, aku berhenti menjadi seseorang yang menuntut untuk menemukan pasangan baik. Tetapi aku akan belajar memperbaiki diri, karena sekali lagi hukum alam masih benar hidup. Jodoh lagi-lagi memang tentang seseorang dari cerminan diri sendiri.
Yang katanya "Allah tidak menciptakan sesuatu yang kekuatannya melebihi doa, oleh sebabnya kekuatan doa-doa dapat merubah taqdirnya?" Benarkah demikian bukan?
Sebagai manusia yang percaya dengan keyakinan dan taqdir Tuhan, kita harus saling dan sama-sama sadar, bahwa kita harus bertanggungjawab dengan apa yang sedang kita usahakan saat ini. Namun tak jarang dari manusia lebih memilih riuh menafsirkan untuk apa jika hanya cinta di dunia. Perbedaan yang kian membuat mindsetku semakin berpikir keras adalah ketika ada seorang pria mengatakan bahwa sebagai perempuan itu harus menempati posisinya secara tepat dan utuh, yaitu perihal menunggu. Mengapa lagi-lagi kaum pria mengungkapkan bahwa hakikat perempuan hanyalah menunggu? Apakah berdosa besar jika ada perempuan yang mencoba mengungkapkan perasaannya kepada pria?
Jika ada lelaki yang berniat memulai, siapa sih perempuan yang tidak akan menaruh harapan padanya? Aku, dan sebagian perempuan sama-sama manusia, kami tidaklah munafik lah jika harus mengatakan bahwa perempuan itu tidak akan "baper" jika lelaki melakukan hal yang demikian. Namun perempuan juga pastilah memahami aka ada batasan-batasan yang memang harus sama-sama kami lalui.
Lalu, bagaimana dengan sajak nusantara yang mengatakan bahwa:
Tidak ada alasan mencintaimu
Hanya tak tega dengan jalan hidupmu
Terbuang oleh takdir
Dibiarkan membeku dalam nadir
Tidak ada alasan mencintaimu
Ada penantian yang berujung pernikahan, ada penantian yang berakhir perpisahan. Sebagian dari perempuan, yang kedua inilah yang sering terjadi. Mungkin karena ia dipilih, bukan memilih? Benar seperti itu bukan?
Tak bisa dipungkiri juga, bahwa sebagian perempuan lebih memilih untuk menutup pintu hatinya rapat-rapat agar ia tahu siapa yang cukup berani untuk mendobraknya.
Wallahua'alambisshowab..
Bersambung.....
Komentar
Posting Komentar