Saat Hujan Batu Jatuh, Kita Luka?

Beberapa rasa memang tak cukup direpresentasikan dengan kata-kata. Bahkan puisi paling rumit sekalipun masih terbilang sederhana untuk bisa mewakili perasaan yang tersembunyi di dalam dada. Sengaja tak dibicakan atau memang belum menemukan waktu yang tepat? Dua hal yang sering membuat kita samar membaca keadaan.

Malam ini, ada banyak alasan orang berduka. Sepertinya memang masih banyak cerita yang belum dituntaskan. Apa? Berat, keduanya perihal perasaan dan kenangan. "Tiba-tiba kembali". Sebenarnya aku sudah hampir lupa bagaimana rasanya sakit dan getir ketika mendengar kata "putus" dari seorang yang kita cintai. Tapi, sekarang aku mengingat perasaan itu kembali, dan aku membenci itu.

Kenapa harus membuka lembaran yang usang dan sudah dikuburkan? 
Entah..
Kita ini mengaku bernaung di bawah atap, padahal cuma berteduh di bawah pohon. Nyatanya, ketika hujan air jatuh, kita kuyup. Saat hujan batu jatuh, kita luka. Ujung dari semua hujan adalah sakit bagi kita. Benar memang, jika semua berawal sejak kita mengira, sejak kita tak jujur pada diri sendiri.

Kenangan adalah sesuatu yang terkadang menjelma jadi pisau, menusuk jantung paling dalam. Namun, tak jarang adalah hal yang mendatangkan rindu di kala hujan dan malam. Selalu ada pembelajaran atas segala perasaan, meski terkadang tak tersampaikan. 
Apa aku rindu? "Bukan".
Aku hanya sedang mencoba mengalihkan perasaan kepada hal-hal yang bikin bahagia (dulunya). Udah cukup ngejahatin diri sendiri dengan pikiran-pikiran buruk.

Move on!
Belom dapat biasakan diri lagi sebenarnya, takut gagal lagi, takut jatuh lagi. It's hard but not choice. Orang lain sudah move on. Sudah bahagia. Yakin, Allah is the best planner.
Move on itu bukan tentang melupakan apalagi pura-pura lupa, tapi tentang memaafkan dan mengikhlaskan. So, "maafkan dan ikhlaskan masa lalumu”.

(pict. Pondok Pesantren Langitan, Widang Tuban)

"Gusti, Panjenengan langkung pirsa nopo engkang dados kekarepan kulo. Kulo pasrah. Kulo manut. Lahaulawalaquwwata Illa Billah..".
Sekarang, aku mulai berhenti mendekte Gusti Allah, kuyakin pilihan-Nya pasti yang terbaik. Manusia hanya semu, serahkan saja semuanya, kita hanya perlu usaha.
Usaha apalagi? 

Wallahualambisshowab.

Komentar

  1. Self Improvement banget buu😌 terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagian khawatirmu akan segera berakhir, semangat 🥰

      Hapus
  2. '"maafkan dan ikhlaskanlah" penuh dengan makna... 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, meskipun sebenarnya sangat susah direalisasikan wkwkwk

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melepaskan, Lalu Kita Mengingatnya Sebagai "PERNAH"

Berbicara Perempuan