Yang Berjarak Hanya Tubuh, Bukan Do'a

Menjadi saling asing sebenarnya bukanlah pilihan. Namun kerap kali menjadi suatu hal yang harus dipilih, bagaimana tidak? 

Jika memang sapa bukan lagi menjadi prioritas utamanya. Saya pikir yang berjarak hanya tubuh, yang selesai hanya percakapan. Namun.. entahlah. Tak lagi memiliki kuasa untuk mempertahankan kesalingan sebagai teman. Hanya asing, sangatlah asing.

Gusti, harapanku sebenarnya masih sangat banyak, doaku masih sangat panjang, dan rinduku belum menyerah. Namun sebagian orang menganggapnya dengan nama kepalsuan. Meskipun begitu, semoga saya tetap merasa baik-baik saja.

Life is full of fake people. Buat penikmat setia rindu sekalian nih ye, jangan terlalu percaya sama yang namanya teman. Karena saya pernah dengar, kalau teman itu adalah musuh yang belum menyerang. A friend today, could be an enemy tomorrow. Be carefull. 

Konon katanya, orang-orang terdekat itu tikamannya selalu tepat sasaran. Karena mereka menusuk kita dari jarak dekat. Kadang, kita sering tertipu dengan senyumannya saat jumpa. Beberapa malah memeluk kita dengan erat, bukan karena kasih sayang, namun agar belatinya menghujam lebih dalam.

Kata Gus Bahauddin Nur Salim, "Kita diminta untuk saling mengenal dan menasehati, bukan untuk saling menilai dan menghakimi".

Kang Suswan dalam akun Twitternya juga mengatakan, "Allah memberimu sepasang mata itu agar tidak memandang orang lain hanya dengan sebelah mata. Kwatirnya gak jelas, orang pake kaca mata aja kadang masih gak jelas."

Inilah konsep keberagaman yang harus dipahami masing-masing pihak untuk meramu perbedaan yang ada. Namun hari ini sama sekali tak kudapati hal itu. Justru banyak sekali diantara mereka yang acap kali membuat luka. 

Semoga selalu dijauhkan dari segala alasan, yang menjadikan kita asing.

Wallahu A'lam Bisshowab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melepaskan, Lalu Kita Mengingatnya Sebagai "PERNAH"

Berbicara Perempuan

Saat Hujan Batu Jatuh, Kita Luka?